Pakel adalah nama sejenis pohon buah yang masih sekerabat dengan mangga. Orang sering menyebut buahnya sebagai bacang, ambacang, embacang, atau mangga bacang. Juga dikenal dengan aneka nama daerah seperti limus asam hambawang (Banjar), macang atau machang (Malaysia), maa chang, ma chae atau ma mut (Thailand), la mot (Myanmar) dll. Dalam bahasa Inggris disebut bachang atau horse mango, sementara nama ilmiahnya adalah Mangifera foetida Lour.
Meski masih bersaudara dengan mangga, tapi jenis ini jarang bisa ditemukan. Tidak seperti mangga yang memang dibudidayakan masyarakat karena telah menjadi salah satu komoditas buah andalan.
Ciri khasnya, permukaan daun pakel bergelombang dengan panjang antara 15–40 cm dan lebar 9–14 cm. Warna daunnya hijau tua, tebal, serta daunnya mengertas (jika diremas memunculkan bunyi kres, kres, seperti kertas). Yang membuat pohon ini begitu menarik adalah bunganya yang berwarna putih dengan tangkai merah sehingga jika sedang berbunga, mirip tanaman hias.
Padahal, seperti kebanyakan tanaman mangga, pakel bisa tumbuh dengan baik di daerah dengan ketinggian mulai 500–1.800 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Ya, buah mangga pakel yang warnanya hijau kusam-hijau kekuningan ini dagingnya memang berserat kasar. Rasanya manis sedikit masam. Dia juga memiliki bau yang sangat harum (kuat), mirip aroma khas terpentin (cairan hasil olahan getah pinus). Biasanya, buah pakel yang sudah matang untuk campuran es maupun jus.
Dari berbagai referensi, sejatinya tanaman dari suku Oleaceae itu merupakan tumbuhan obat. Terutama digunakan sebagai antikejang. Bahkan, tanaman ini sedang dikembangkan untuk menjadi obat tradisional dengan mengikuti standar obat herbal maupun fitofarmaka. Pemanfaatan utama adalah pada ekstrak daun.
Sumber : WikiPedia
